BAB I
Bidang
Baru Antropologi Kesehatan
Sejak berakhirnya Perang
Dunia II, ahli-ahli antropologi sosial-budaya maupun antropologi biologi
semakin meningkatkan perhatian mereka pada studi lintasbudaya mengenai sistem
kesehatan, juga pada faktor-faktor bioekologi dan sosial-budaya yang
berpengaruh terhadap kesehatan serta timbulnya penyakit, baik pada masa kini
maupun di sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Para ahli antropologi
melakukan penelitian dalam topik-topik seperti manusia, anatomi, pediatri, epidemiologi,
kesehatan jiwa, penyalahgunaan obat, definisi mengenai sehat dan penyakit,
latihan petugas kedehatan, biokrasi medis, pengaturan dan pelaksanaan rumah
sakit, hubungan dokter dengan pasien, dan proses memperkenalkan sistem
kesehatan ilmiah kepada masyarakat-masyarakat yang semula hanya mengenal sistem
kesehatan tradisional.
Antropologi kesehatan
dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya yang memeberi perhatian
pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkah laku manusia, terutama
tentang cara-cara interaksi antara keduanya di sepanjang sejarah kehidupan
manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
AKAR DARI ANTROPOLOGI KESEHATAN
Kita menelusuri antropologi
kesehatan kontemporer pada empat sumber yang berbeda, yang perkembangannya
masing-masing secara relatif (tetapi tidak mutlak) terpisah satu sama lain.
(1)
Perhatian
ahli antropologi fisik terhadap topik-topik seperti evolusi, adaptasi, anatomi
komparatif, tipe-tipe ras, genetika dan serologi.
(2)
Perhatian
etnografi tradisional terhadap pengobatan primitif, termasuk ilmu sihir dan
magi.
(3)
Gerakan
“kebudayaan dan kepribadian” pada akhir 1930-an dan 1940-an, yang merupakan
kerjasama antara ahli-ahli psikiatri dan antropologi
(4)
Gerakan
kesehatan masyarakat internasional setelah Perang Dunia II
1.
Antropologi
Fisik
Ahli-ahli antropologi fisik
adalah ahli antropologi kesehatan, karena perhatian mereka pada biologi manusia
sejajar dan tumpang tindih dengan banyak lapangan perhatian para dokter.
Selama beberapa dasawarsa,
ahli antropologi fisik disibukkan dengan “kedokteran forensik”, suatu bidang
mengenaimasalah-masalah kedokteran-hukum yang mencakup identifikasi seperti
umur, jenis kelamin, dan peninggalan ras manusia yang diduga mati karena unsur
kejahatan, serta masalah penentuan orang tua dari seorang anak melalui tipe
darah, bila terjadi keraguan mengenai siapa yang menjadi bapaknya.
2.
Etnomedisin
Etnomedisin merupakan
kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan
hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari
kerangka konseptual kedokteran modern (Hugest 1968:99).
Dokter dan ahli antropologi
Inggris yang terkenal, W.H.R. Rivers, menerbitkan suatu karya besar dalam
bidang antropologi kesehatan, berjudul Medicine,
Magic and Religion (Rivers-1942). Dari Rivers kita memperoleh konsep-konsep
dasar yang penting, terutama mengenai ide bahwa sistem pengobatan asli adalah
pranata-pranata sosial yang harus dipelajari dengancara yang sama seperti
mempelajari pranata-pranata sosial umumnya, dan bahwa praktek-praktek
pengobatan asli adalah rasional bila dilihat dari sudut kepercayaan yang
berlaku mengenai sebab-akibat (Wellin-1977:49). Dalam menanggapi dalil positif
tersebut, kita mencatat bahwa terutama riverslah, lebih dari orang lain, kita
menerima gagasan stereotip yang merugikan yang telah mendominasi studi-studi
mengenai pengobatan primitif hingga kini, mengenai ide bahwa religi, magi dan
pengobatan senantiasa erat berkaitan, sehingga yang satu hanya dapat dipelajari
jika yang lainnya juga dipelajari. Stereotip ini diterima tanpa kritikan oleh
sebagian besar ahli-ahli antropologi selama setengah abad yang lalu, sehingga
telah sangat membatasi pemahaman kita mengenai sistem pengobatan non-Barat.
3.
Studi-Studi
tentang Kebudayaan dan Kepribadian
Sejak pertengahan tahun
1930-an, para ahli antropologi, psikiater dan ahli-ahli ilmu tingkah laku
lainnya mulai mempertanyakan tentang kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat
dan lingkungan sosial budaya di mana tingkah laku itu terjadi.
Walaupun bagian terbesar
penelitian kepribadian dan kebudayaan bersifat teoritis, beberapa ahli
antropologi yang menjadi pimpinan dalam suatu gerakan penelitian menaruh
perhatian besar pada cara-cara penggunaan pengetahuan antropologi dalam
peningkatan taraf perawatan kesehatan.
4.
Kesehatan Masyarakat Internasional
Dengan berakhirnya perang,
dan dengan perpanjangan program-program bantuan teknik Amerika Serikat bagi
Afrikia dan Asia, maupun dengan terbentuknya World Health Organization (WHO),
maka program-program kesehatan masyarakat utama yang bersifat bilateral dan
multilateral di negara-negara sedang berkembang merupakan sebagian dari
gambaran dunia.
DIMENSI TEORITIS DAN TERAPAN
Antropologi
kesehatan adalah istilah yang digunakan oleh ahli-ahli antropologi untuk
mendiskripsikan:
(1)
Penelitian
mereka yang tujuannya adalah definisi komprehensif dan interpretasi tentang
hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan
masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian
pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut
(2)
Partisipasi
profesional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala
bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat
ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
BAB II
Antropologi
Kesehatan dan Ekologi
EKOSISTEM DAN SISTEM SOSIAL-BUDAYA
Untuk
terus dapat berfungsi tanpa gangguan yang berat, baik ekosistem maupun sistem
sosial-budaya harus mempertahankan suatu tingkatan integrasiminimum dan
konsistensi dari dalam, suatu tingkatan yang cukup tinggi sehingga unit-unit
yang terpisah-pisah dalam sistem tersebut dapat saling menyumbangkan
peranannya. Namun integrasi tidak dapat lengkap, karena suatu perubahan, yang
tak dapat dielakkan, hanya dimungkinkan karena bagian-bagian dalam sistem
tersebut tidak dterkunci secara permanen dalam posisi yang tidak dapat berubah.
Bagian-bagian itu berubah, dan dengan cara itu mereka mendatangkan perubahan
dalam bentuk dan fungsi terhadap unsur-unsur di mana mereka secara fungsional
terikat.
PERHATIAN EKOLOGIS DARI PARA AHLI ANTROPOLOGI
KESEHATAN
Para
ahli antropologi kesehatan, yang dari definisinya dapat disebutkan berorientasi
ke ekologi, menaruh perhatian pada hubungan timbal-balik antara manusia dan
lingkungan alamnya, tingkah lakunya, penyakit-penyakitnya, dan cara-cara di
mana tingkah laku dan penyakit-penyakitnya mempengaruhi evolusi dan
kebudayaannya melalui proses umpan-balik.
Pendekatan
ekologis adalah dasar bagi studi tentang masalah-masalah epidemiologi,
cara-cara di mana tingkah laku individu dan kelompok menentukan derajat
kesehatan dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang
berbeda-beda. Pandangan ekologi terutama berguna dalam mempelajari
masalah-masalah kesehatan dalam program-program internasional bagi pembangunan
dan modernisasi, karena seperti yang akan kita lihat, proyek-proyek perubahan
teknologi yang kurang dipahami telah dilaksanakan tanpa menyadari bahwa
perubahan-perubahan itu, bila tercapai, akan menghasilkan suatu rangkaian
perubahan lain, yang banyak diantaranya justru mempengaruhi kesehatan.
PALEOPATOLOGI
Banyak
penyakit-penyakit modern tidak terdapat pada penduduk purba dan bahwa “spektrum
dari penyakit-penyakit yang menyerang manusia sepanjang perkembangannya mungkin
lebih kecil daripada yang telah kita alami pada masa sejarah” (Black 1975:515).
Sakitnya manusia purba disebabkan oleh jenis-jenis patogen dan faktor-faktor
lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari yang dialami oleh manusia modern.
Penyakit-penyakit campak, rubella, cacar, gondong, kolera dan cacar air
misalnya, mungkin tidak terdapat di zaman purba.
Kesehatan
dari masyarakat berburu dan meramu secara positif juga dipengaruhi oleh
kebiasaan nomadik mereka, jumlah orang yang sedikit yang senantiasa berpindah,
kecil kemungkinannya untuk menginfeksi dirinya sendiri akibat kotoran mereka
sendiri atau akibat hal-hal lain, dibandingkan dengan populasi besar yang
menetap, yang jika mengalami infeksi aendemik, hampir-hampir tidak mungkin lagi
membasminya, karena kurangnya pelaksanaan sanitasi lingkungan yang paling
modern.
PENYAKIT DAN EVOLUSI
Penyakit-penyakit
infeksi telah menjadi faktor penting dalam evolusi manusia selama 2 juta tahun
atau lebih melalui mekanisme evolusi dari “proteksi genetik” maka nenek moyang
kita dapat mengatasi ancaman-ancaman penyakit-penyakit dalam kehidupan individu
dan kelompok. (Armelagos dan Dewey 1970)
“Dimana
adaptasi sosial-ekonomi menyebabkan
perubahan pada lingkungan, frekuensi dari suatu gen akan berubah dalam proposi
terhadap nilai kelangsungan hidup (survival) yang diberikan gen itu kepada
pembawa penyakit (carries), dalam ekosistem yang baru. Peningkatan frekuensi
dari suatu gen yang adaptif
menghilangkan pembatas lingkungan dan memberi kemungkinan perkembangan lebih
lanjut bagi adaptasi sosial-ekonomi” (Wiesendfeld 1967 : 317)
MAKANAN DAN EVOLUSI
Seperti
halnya dengan penyakit, makanan juga merupakan karakteristik lingkungan yang
mempengaruhi evolusi.
Dalam
kurun waktu yang lama, orang-orang dewasa penghasil laktase cenderung menjadi
tahan terhadap kerugian karena kekurangan laktase, dan gen dominan untuk memproduksi
laktase pada orang dewasa dalam ukuran yang berarti akan melebihi jumlah gen
resesif yang kekurangan laktase pada orang dewasa. Maka kebiasaan makan dan
tradisi dapat menghasilkan tekanan selektif yang memberi kesempatan lebih banyak
bagi lebih satu tipe gen dari tipe gen yang lain (McCracken 1971 :484.
Penekanan oleh Foster dan Anderson)
EPIDOMIOLOGI
Epidemiologi
berkenaan dengan distribusi dalam tempat dan prevalensi atau terjadinya
penyakit, sebagaimana yang dipengaruhi oleh lingkungan alam atau lingkungan
ciptaan manusia serta oleh tingkah laku manusia.
Epidemiologi
berorientasi pada usaha mencapai suatu tujuan, dalam arti tujuan utamanya
adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan, mengurangi timbulnya semua ancaman
kesehatan.
MISTERI KURU
Pada
pertengahan tahun 1950-an, suatu penyakit baru “kuru” yang semula tidak dikenal
dalam ilmu kedokteran, ditemukan pada sekelompok penduduk yang mempunyai
kesatuan linguistik, yakni penduduk Fore Selatan di Dataran Tinggi Timur, Papua
Nugini, yang berpenduduk sekitar 15.000 jiwa.
Penyakit
kuru menunjukkan karakteristik epidemiologis yang tidak lazim. Dari daftar
silsilah kekerabatan yang ada pada pemerintah, nampak jelas bahwa penyakit kuru
tersebut berpengaruh kuat pada garis keturunan.
Pasangan
Robert dan Shirley Glasse, menemukan bahwa menurut adat-istiadat setempat,
kanibalisme dikalangan wanita Fore Selatan merupakan hal yang baru, kerena baru
muncul pertama kalinya sekitar tahun 1910 (yakni ebrsamaan dengan munculnya
penyakit tersebut). Dikarenakan otak mayat wanita tersebut sering tidak cukup
matang dimasak, maka virus yang terdapat pada mayat wanita korban kuru
tersebutditularkan pada kerabat-kerabat wanita dan anak-anak dalam keluarga.
Dengan
dihentikannya kanibalisme, dapat diasumsikan bahwa penyakit kuru lambatr laun
akan hilang. Namun yang menjadi pertanyaan adalah dari mana asal virus itu dan
bagaimana virus tersebut tersembunyi menjelang?
EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN
Ada
pembangunan yang baik dan ada pembangunan yang buruk yang pertama adalah dim
ana pada suatu populasi tertentu
terdapat keseimbangan (jika keseimbangan yang sedemikian itu dapat diukur
secara nyata), dimana populasi tersebut menjadi lebih baik keadaannya daripada
sebelum adanya pembangunan, sedangkan yang lain adalah di mana keadaan populasi
justru menjadi lebih buruk dengan adanya pembangunan.
Pandangan
Ekologi menyediakan perspektif yang ideal bagi studi mengenai
perubahan-perubahan pembangunan, karena kebanyakan-kebanyakan dari
proyek-proyek yang dianalisis melibatkan intervensi terhadap alam. Pembangunan
pada intinya adalahproses fisik, namun pembangunan adalah juga proses sosial
dan ekonomi, yang menyangkut hal-hal seperti migrasi besar-besaran, pertanian
tanaman keras, fasilitas kredit dan banyak lagi aktifitas manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia.
PENYAKIT-PENYAKIT PEMBANGUNAN
Tidak
semua penyakit secara sama dipengaruhi oleh pembangunan, walaupun tampaknya
semua keseimbangan penyakit, pada tingkatan tertentu, dipengaruhi oleh
perubahan-perubahan akibat pembangunan.
1.
Pembangunan
Lembah Sungai
Sejak Peerang Dunia II, di
semua daratan yang dihuni manusia, tidak ada proyek-proyek pembangunan yang
telah merubah bentuk permukaan bumi sedemikian rupa seperti halnya dengan
pembangunan danau buatan, misalnya Danau Nasser di perbatasan Mesir-Sudan.
Pemikiran dibelakang pembuatan danau-danau dan bendungan-bendungan tersebut
adalah sama : pengendalian banjir, pembangunan instalasi tenaga listrik
bertenaga air (hidroelektrik), pertanian irigasi dan mungkin pula keuntungan-keuntungan
kecil seperti perikanan serta aktivitas-aktivitas lain yang berhubungan dengan
perairan. Betapapun terpujinya tujuan itu, nyatanya banyak dari proyek-proyek
tersebut kemudian mengakibatkan bahaya yang cukup tinggi bagi kesehatan, terutama
yang paling serius adalah peningkatan penyakit bilharziasis dan ochoncerciasis.
2.
Pembudidayaan
Tanah
Pembudidayaan tanah serta
pertanian “rasional” yang sering merupakan bagian dari proyek pembangunan
lembah-lembah sungai kadang-kadang membahayakan kesehatan.
3.
Pembangunan
Jalan Raya
Dengan adanya jalan-jalan
baru, penyeberangan sungai merupakan tempat-tempat yang menarik para musafir
untuk minum, mandi, dan menyegarkan badan, disinilah letak bahaya yang
mengancam mereka dari gigitan lalat tsetse dan infeksi penyakit tidur.
“Maka, jalan raya merupakan
tipe transisi linier,dan jalan-jalan modern yang dibangun untuk pembangunan
ekonomi dapat menimbulkan bahaya besar bagi kesehatan penduduk di daerah yang
endemik, tujuan pembangunan jalan adalah untuk mendorong arus lalu lintas serta
pertemuan manusia dan barang-barang, tetapi dampaknya yang kemudian adalah
hubungan antara manusia vektor terhadap beberapa jenis penyakit yang dibawa
oleh serangga” (Ibid, 453)
4.
Urbanisasi
Migrasi penduduk desa ke
daerah-daerah pemukiman miskin (slums) yang padat di perkotaan menyebabkan timbulnya berbagai
masalah kesehatan. Di daerah-daerah miskin di sekitar jantung kota di hampir
semua negara Dunia Ketiga, kondisi kehidupan penduduknya amat padat, kotor dan
tidak bersih. Seringkali tidak terdapat sistem pengadaan air, dan
penyakit-penyakit yang ditularkan lewat air, terutama disentri, merupakan
penyakit-penyakit endemik.
Masalah-masalah kesehatan
gizi di perkotaan yang semakin menarik perhatian petugas kesehatan masyarakat
adalah semakin luas dan berkembangnya formula-formula makanan bayi paten di
negara-negara berkembang.
5.
Program-Program
Kesehatan Masyarakat
Seperti yang kita lihat dan
yang mungkin nampaknya bertentangan, sanitasi lingkungan dan program-program lain yang bertujuan untuk
mengawasi penyakit, dalam kenyataannya justru dapat menjadikan situasi lebih
buruk, atau menggeser masalah dari satu penyakit ke jenis penyakit yang lain.
Epidomiologi dari
gangguan-gangguan psikososial dalam situasi perubahan yang cepat juga berguna
untuk dibicarakan, sejumlah bukti menunjukkan bahwa peningkatan dari gangguan
semacam itu adalah akibat dari kondisi-kondisi kehidupan yang penuh ketegangan.
BAB III
Sistem
Medis
SISTEM MEDIS SEBAGAI STRATEGI ADAPTASI SOSIAL-BUDAYA
Sebagaimana
kita dapat berbicara mengenai strategi adaptasi biologi yang mendasari evolusi
manusia, kita juga dapat berbicara mengenai strategi adaptasi sosial-budaya
yang melahirkan sistem-sistem medis, tingkah laku dan bentuk-bentuk kepercayaan
yang berlandaskan budaya, yang timbul sebagai respon terhadap ancaman-ancaman
yang disebabkan oleh penyakit. Sifat yang adaptif dari suatu sistem medis
nampak jelas dari definisi Dunn yang baru : “Pola-pola
dari pranata-pranata sosialdan tradisi-tradisi buaya yang menyangkut perilaku
yang sengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari tingkah laku
khusus tersebut belum tentu kesehatan yang baik” (Dunn 1976;135)
Secara singkat, kita
memandang setiap sistem medis sebagai mencakup semua kepercayaan tentang usaha
meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun
keterampilan anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut.
TEORI SISTEM PENYAKIT DAN TEORI SISTEM
PERAWATAN KESEHATAN
Suatu sistem teori penyakit
meliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai ciri-ciri sehat, sebab-sebab sakit,
serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain yang digunakan oleh para
dokter. Sebaiknya suatu sistem perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang
dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dan untuk
memanfaatkan pengetahuan tentang penyakit untuk menolong si pasien.
Suatu sistem perawatan
kesehatan adalah suatu pranata sosial yang melibatkan interaksi antara sejumlah
orang, sedikitnya pasien dan penyembuh. Fungsi yang terwujudkan dari suatu
sistem perawatan kesehatan adalah untuk memobilisasi sumber-sumber daya si
pasien, yakni keluarganya dan masyarakatnya, untuk menyertakan mereka dalam
mengatasi masalah tersebut.
BEBERAPA UNSUR UNIVERSAL DALAM SISTEM-SISTEM
MEDIS
1.
Sistem
medis adalah bagian integral dari kebudayaan-kebudayaan
Sistem medis tidak dapat
dimengerti semata-mata hanya dari artinya sendiri, hanya apabila mereka dilihat
sebagai bagian dari keseluruhan pola-pola kebudayaan barulah sistem medis itu
dapat dipahami.
2.
Penyakit
ditentukan oleh kebudayaan
Dari pandangan budaya, penyakit
adalah hal yang berbeda, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu
tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar, dan harus dilakukan
sesuatu terhadap situasi tersebut. Dengan kata lain, harus dibedakan antara
penyakit (disease) sebagai suatu konsep patologi, dan penyakit (illness)
sebagai suatu konsep kebudayaan.
3.
Semua
sistem medis memiliki segi-segi pencegahan dan pengobatan
Hal-hal seperti karantina,
wajib imunisasi, standar minimum air bersih, sanitasi pembuangan sampah dan
kotoran untuk masyarakat luas, membutuhkan mekanisme hukum yang biasanya hanya
dihubungkan dengan sistem-sistem pemerintahan yang telah berkembang. Hal ini
bukan berarti bahwa semua sistem-sistem tersebut menurut definisinya adalah
modern, di Cina pada masa purba telah sangat berkembang pranata-pranata untuk
peningkatan kesehatan masyarakat.
Namun di kalangan penduduk
non Barat, pada umumnya pengobatan prefentif lebih merupakan tindakan individu
daripada tindakan-tindakan badan hukum, merupakan tingkah laku individu yang
secara logis mengikuti konsep tentang penyebab penyakit yang sambil menjelaskan
mengapa orang jatuh sakit, juga sekaligus mengajarkan tentang apa yang harus
dilakukan untuk menghindari penyakit itu.
4.
Sistem
medis memiliki sejumlah fungsi
Fungsi dari suatu sistem
medis adalah untuk memulihkan kesehatan pasien kembali, jika mungkin. Sistem
teori penyakit adalah lebih jauh dari sekedar penjelasan yang sederhana
mengenai sebab-sebab penyakit, seperti yang terlihat di bawah ini :
(a)
Suatu
Sistem Teori Penyakit Memberikan Rasional bagi Pengobatan
(b)
Suatu
Sistem Teori Penyakit Menjelaskan “Mengapa”
(c)
Sistem-Sistem
Teori Penyakit Seringkali Menjalankan Peran Kuat dalam Memberi Sanksi dan
Dorongan Norma-Norma Budaya Sosial dan Moral
(d)
Suatu
sistem Teori Penyakit dapat Memberikan Rasional bagi Pelaksanaan Konservasi
(e)
Suatu
Sistem Teori Penyakit dapat Mengatasi Agresi
Peran Nasionalistik
Pengobatan tradisional
BAB IV
Etnomedisin
Rasa ingin tahu para ahli
antropologi tentang kepercayaan dan pelaksanaan medis para warga berbagai
masyarakat tradisional yang mereka pelajari merupakan akar tertua dari
antropologi kesehatan. Etnomedisin, istilah kontemporer untuk kelompok
pengetahuan luas yang berasal dari rasa ingin tahu dan metode-metode penelitian
yang digunakan untuk menambah pengetahuan itu menarik minat para ahli
antropologi, baik dari alasan teoritis maupun alasan praktis.
MASALAH PERISTILAHAN
Semua istilah yang umum
dipakai menunjukan kesenjangan kualitatif antara pengobatan modern dan
pengobatan yang merupakan hasil perkembangan budaya pribumi, suatu dikotomi
yang ditekankan dengan penggunaan istilah-istilah yang kontras seperti “ilmiah”
versus “primitif”, “barat” versus “non-Barat” dan “modern” versus “tradisional”.
Ahli-ahli antropologi masa
kini, dalam upaya mereka untuk menghindarkan kritik, seringkali berlindung
dibalik kata-kata seperti “kosakata kedokteran ilmiah Barat”,
“Penyakit-penyakit kebudayaan yang khas”, “pelaksanaan-pelaksanaan medis
non-ilmiah”, “peranan pengobatahn pribumi atau rakyat.
ETIOLOGI PENYAKIT
1.
Sistem-sistem
medis personalistik
Suatu sistem personalistik
adalah suatu sistem dimana penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari
suatu agen yang aktif yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau
dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat)
maupun manusia (tukang sihir atau tukang tenung)
2.
Sistem-sistem
medis naturalistik
Dalam sistem-sistem
naturalistik, penyakit (illness) dijelaskan dengan istilah-istilah sistematik
yang bukan pribadi. Sistem-sistem naturalistik di atas segalanya mengakui
adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena unsur-unsur yang tetap
dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan tubuh (humor atau dosha), yin dan
yang, berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam
lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya. Apabila keseimbangan ini
terganggu, maka hasilnya adalah timbulnya penyakit.
KONSEP-KONSEP KASUALITAS DALAM SISTEM-SISTEM
PERSONALISTIK
Inti dari kasualitas dalam
sistem-sistem personalistik dapat dibaca dalam tulisan Glick mengenai penduduk
Gimi dari dataran tinggi Nugini : “Penyakit disebabkan oleh agen-agen yang
dengan beberapa cara menjatuhkan kekuatan mereka atas diri para korban mereka.
Kepercayaan tentang
kasualitas penyakit yang bersifat personalistik menonjol dalam data-data medis
dan kesehatan yang tercatat dalam etnografi klasik tentang
masyarakat-masyarakat primitif.
KONSEP-KONSEP SEBAB-AKIBAT DALAM SISTEM
NATURALISTIK
Berlawanan dengan
sistem-sistem personalistik, sistem-sistem naturalistik menjelaskan tentang
penyakit (illnes) dalam istilah-istilah sistemikyang bukan pribadi, di sini
agen yang aktif tidak menjalankan perannya. Dalam sistem-sistem ini, keadaan
sehat sesuai dengan model keseimbangan : apabila unsur-unsur dasar dalam tubuh
manusia – “humor”, yin dan yang, serta dosha dalam ayurveda _ berada dalam
keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu, maka tercapailah keadaan
sehat.
1.
Patologi
Humoral (kini terdapat di amerika Latin)
Patologi humoral berdasarkan
atas konsep “humor” (cairan) dalam tubuh manusia . akarnya ditemukan dalam
Yunani kuno mengenai empat unsur (tanah, air, udara, dan api) yang telah
dikenal sejak abad ke 6 SM.
2.
Pengobatan
Ayurveda (di India dan negara sekelilingnya)
Menurut teori ayurveda, alam
semesta terdiri dari empat unsur yang sama, seperti yang dikenal oleh orang
Yunani (bumi, air, api, dan udara) ditambah unsur ke lima, yaitu eter (ether).
3.
Pengobatan
tradisional Cina
Pengobatan Cina kuno mulai
menggunakan penjelasan naturalistik pada saat yang kira-kira sama ketika proses
sedang berlangsung pula di Yunani dan India. Pengobatan Cina menggunakan unsur yin dan yang.
UNSUR-UNSUR EMOSIONAL DALAM TEORI-TEORI
PENYEBAB
Kepercayaan yang tersebar
luas bahwa pengalaman-pengalaman emosional yang kuat seperti iri, takut, sedih,
dan malu dapat mengakibatkan penyakit, tidaklah tepat ditaruh di dalam salah
satu dari dua kategori besar. Tergantung dari situasi dan kondisi,
kepercayaan-kepercayaan tersebut boleh dikatakan cocok untuk ditaruh dalam
salah satu kategori.
HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT
Etiologi-etiologi personalistik logisnya
membutuhkan jenis penyembuh tertentu,seorang shaman atau peramal lain, untuk
menentukan bukan hanya penyebab langsung dari suatu penyakit, melainkan juga
yang lebih penting mencari siapa yang berada di belakang penyebab tersebut.
Etiologi-etiologi naturalistik memerlukan jenis penyembuh lain, yakni tabib
atau ahli ramuan yang mengetahui tentang obat-obatan dan pengobatan lainnya
yang akan memulihkan keseimbangan badan.
1.
Etiologi-etiologi
komprehensif dan terbatas
Etiologi-etiologi medis
personalistik merupakan bagian dari sistem-sistem penjelasan yang leih
komprehensif, sedangkan etiologi-etiologi naturalistik sebagian besar terbatas
pada masalah penyakit.
2.
Penyakit,
religi, dan magi
Apabila dihubungkan antara
religi dan magi dengan sistem-sistem etiologi, tampak jelas bahwa kedua pihak
berkorelasi dengan sistem-sistem personalistik dan kurang sekali berhubungan
dengan sistem-sistem naturalistik.
3.
Tingkatan-tingkatan
penyebab
Pada sistem naturalistik,
penyakit biasanya dijelaskan melalui penyebab tunggal, seperti kelebihan panas
atau dingin dalam tubuh, yang telahh mengacaukan keseimbangan alamiah.
Pada sistem personalistik
lebih kompleks, dalam arti bahwa dua tingkatan kasualitas atau lebih dapat
dibedakan, dan dalam usaha penyembuhan, tingkatan-tingkatan ini harus
diperhitungkan.
4.
Shaman
dan pengobatan lainnya
Sistem-sistem personalistik
yang mengenal tingkatan-tingkatan kasualitas ganda logisnya membutuhkan
penyembuh yang memiliki kekuatan supranatural atau kekuatan ramalan magis,
karena perhatian utama pasien dan kerabatnya adalah “siapa?” dan bukan “apa?”
Shaman, dengan caranya berkomunikasi langsung dengan alam roh, dan dukun sihir
dengan kekuatan-kekuatan magisnya.
Shaman dan dukun sihir tidak
ditemukan di kalangan penduduk yang etiologi utamanya adalah naturalistik.
5.
Diagnosis
Dalam personalistik,
diinginkan shaman atau dukun sihir mempunyai kekuatan besar, untuk dapat
mengidentifikasi agen penyebab. Pengobatan terhadap gejala-gejala penyakit
mungkin merupakan kepentingan kedua. Sebaliknya, sejauh yang berkenaan dengan
penyembuh, diagnosis merupakan hal yang kurang penting dalam sistem-sistem
naturalistik, penentuan tentang penyebab dilakukan oleh pasien sendiri atau
oleh anggota keluarganya.
PENGOBATAN RAKYAT AMERIKA
Konsep etnomedisin adalah sama manfaatnya untuk
memahami pengobatan rakyat Amerika seperti halnya untuk memahami sistem medis
non-Barat.
1.
Pengobatan
rakyat Ero-Amerika
Istilah ero-Amerika digunakan
untuk menyebutkan kepercayaan dan praktek medis para imigran Eropa dan
keturunannya di Amerika Serikat.
Walaupun dihadapkan dengan
pengobatan tertulis, tradisi lisan asli dalam pengobatan rakyat juga
berkembang. Mungkin yang paling berpengaruh dan tentunya yang terbaik yang
telah dipelajari.
Unsur-unsur lainnya, terutama
mengenai supranatural, ilmu sihir dan magi, walaupun tidak berasal dari masa
lalu, namun penting dalam pengobatan rakyat Ero-Amerika.
Pengobatan rakyat Ero-Amerika
nyatanya senantiasa lebih menonjolkan etiologi naturalistik. Walaupun penyakit
sering dijelaskan sebagai akibat dari hukuman Tuhan, hal yang menarik adalah
frekuensi dari penggunaan alasan-alasan nonsupranatural dan nonmagis.
2.
Pengobatan
rakyat kulit hitam
Pengobatan tradisional kulit
hitam Amerika merupakan pengobatan rakyat resmi yang sepenuhnya merupakan
tradisi lisan.
Karena adanya berbagai tempat
asaal, pengobatan rakyat kulit hitammemberikan kepada kita beberapa istilah
yang paling grafis dan luas penggunaannya, untuk mendiskripsikan para penyembuh
dan metode-metode mereka, obat-obatan “akar”, “mojo”, “sulap” dan etntunya
voodoo serta hoodoo.
Sejak awal masa pengobatan
rakyat kulit hitam, kepercayaan terhadap supranatural, magi, dan sihir memainkan
peranan penting melebihi yang ada dalam pengobatan rakyat Ero-Amerika.
3.
Pengobatan
rakyat Amerika-Spanyiol
Pengobatan rakyat
amerika-Spanyol, yang berbeda dengan pengobatan rakyat lainnya menarik
perhatian dalam beberapa hal. Pertama, dapat diperdebatkan bahwa pengobatan
Amerika-Spanyol merupakan sistem yang lebih terintegrasi daripada dua sitem
lainnya, artinya baik dalam teori maupun terapi, sebagian besar cocok dengan
model kesehatan “keseimbangan”. Kedua, pengobatan rakyat Amerika-Spanyol, “dingin”
dan “panas” yang mengganggu keseimbangan eseorang yang sehat, dapat masuk ke
dalam tubuh melalui beberapa cara.
PENGOBATAN RAKYAT AMERIKA DIPANDANG SEBAGAI
ETNOMEDISIN
Etiologi
personalistik-naturalistik cocok bagi pengobatan rakyat Amerika maupun dalam
sistem-sistem lainnya. Etiologi-etiologi personalistik mencakup kepercayaan
yang luas terhadap ilmu sihir, mata jahat, dan penyakit akibat hukuman Tuhan
atas dosa-dosa yang diperbuat. Etiologi-etiologi naturalistik meliputi
kepercayaan bahwa dingin dalam berbagai cara menyebabkan penyakit, mungkin pula
berbagai penyakit anak-anak yang umum, dan cedera akibat keseleo atau patah
tulang (walaupun hal ini bisa pula akibat dari ilmu sihir)
Dalam mengamati pengobatan
rakyat Amerika, orang merasakan bahwa etiologi-etiologi personalistik dan
pengobatan yang berhubungan dengannya menjadi semakin maju dibandingkan dengan
etiologi-etiologi naturalistik.
BAB V
Etnopsikiatri
PENDAHULUAN
Dalam bab ini perhatian
ditujukan pada bidang pokok kedua yang merupakan perhatian dari etnomedisin,
suatu bidang yang biasanya disebut sebagai “psikiatri transkultural” atau
“psikiatri lintas budaya” (Kiev 1972) atau “etnopsikiatri”
AWAL DARI ETNOPSIKIATRI
Perhatian awal dari para ahli
antropologi terhadap penyakit mental mulanya sangatlah jauh dari bidang
etnomedisin. Perhatian mereka itu mulai dari pemahaman atas hubungan antara
kepribadian dan kekuatan-kekuatan budaya yang berpengaruh dan membentuk
kepribadian.
DEFINISI BUDAYA TENTANG NORMAL DAN ABNORMAL
1.
Kasus
“teori label”
Penyakit jiwa adalah suatu
mitos, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari anggota masyarakat yang
beres yang merasa bahwa mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan, memberi
sanksi dan mengendalikan tingkahlaku sesama mereka yang menyimpang atau
berbahaya, tingkah laku yang kadang-kadang hanya berbeda dengan tingkah laku
mereka sendiri. Mereka yang berpegang pada pandangan ini dikenal sebagai ahli
teori tentang label atau cap (Becker 1963; Lemert 1951, 1967; Scheff 1974; Schur
1971; Szasz 1961). Argumen pokok yang mereka kemukakan adalah bahwa sekali
tingkah laku menyimpang, betapapun ringannya atau sementaranya gejala itu, akan
teap dijadikan stereotip dan stigma bagi yang bersangkutan.
2.
Argumentasi
terhadap pemberian label
Edgerton, beranggapan bahwa
kelompoklah, bukannya cap itu, yang menetapkan pengertian abnormalitas.
Pengakuan dan penanaman penyakit jiwa, menurut pendapatnya, merupakan produk
dari suatu proses negosiasi, suatu transaksi sosial yang mencakup konsensus ekstensif
dalam masyarakat.
ETIOLOGI-ETIOLOGI PENYAKIT JIWA NON-BARAT
Sebagian besar penyakit jiwa
non-Barat lebih dijelaskan secara personalistik daripada naturalistik, seperti
kesurupan oleh hantu, roh, atau dewa, hukuman karena melanggar tabu, atau
karena ilmu sihir.
Etiologi dari banyak penyakit
jiwa hanya dapat dipahami jika konteks sosialnya yang merupakan pencetusnya
dipelajari- pengetahuan sering diperoleh melalui proses eliminasi.
CARA-CARA BUDAYA DALAM MENANGANI PENYAKIT JIWA
1.
Siapa
yang menyembuhkan?
Berasal dari bahasa Tungus,
Siberia, istilah shaman digunakan dalam arti umum tentang penyembuh yang
memiliki kekuatan supranatural dan kontak dengan roh-roh, biasanya diperoleh
melalui pemilihan oleh para roh. Shaman biasanya berada dalam keadaan kesurupan
tidak sadarkan diri, dimana mereka berhubungan dengan roh pembinanya untuk
mendiagnosis penyakit.
2.
Perawatan
terhadap orang yang sakit jiwa
Kadang-kadang pengobatan
keseluruhan nya itu bersifat sngat profesional, dan pada kesempatan lain lebih
merupakan pengobatan rumah seperti dalam kasus ang dideskripsikan oleh Newman
mengenai penduduk Gururumba di New Guinea.
Prince telah mendiskripsikan
pengobatan profesional yang lebih luas di kalangan penduduk Yoruba di Nigeria.
Pasien-pasien psikosis tinggal bersama penyembuh mereka untuk selama kurang
lebih 3 atau 4 bulan, dan diurus oleh salah seorang anggota keluarga yang
menyertainya.
3.
Tujuan
perawatan
Terapi Barat dalam arti
tertentu, adalah reedukasi, pasien didorong untuk mengembangkan suatu pandangan
baru tentang dirinya sendiri, dengan harga diri yang lebih besar, agar ia bebas
dari rasa sakit subjektif, kekhawatiran dan stress, mungkin untuk mencapai
kebebasan yang lebih besar, dan dapat berfungsi lebih efektif lagi dalam
masyarakat (Ibid).
Terapi non-Barat sedikit
sekali melakukan reedukasi, memperkuat ego, dan modifikasi kepribadian.
PERBANDINGAN TIMBULNYA PENYAKIT JIWA DALAM
MASYARAKAT YANG BERBEDA
1.
Mitos
eksistensi primitif yang bebas-stress
Terpisah dari stres yang
diakibatkan oleh perubahan sosial-budaya yang cepat, masyarakat tersebut
bukannya asing terhadap tingkah laku abnormal. Mereka berpendapat bahwa kita
tidak boleh mengasumsikan bahwa penyakit jiwa adalah harga yang kita bayar bagi
peradaban.
2.
Variasi
dalam pola-pola pokok tingkah laku abnormal
Ada fariasi penting dalam
bentuk, frekuensi, distribusi dan implikasi sosial dari tingkah laku demikian.
Bukti mengenai frekuensi
gangguan jiwa dalam masyarakat non-Barat tidak terungkapkan dengan baik,
terutama karena tidak adanya metode yang tepat untuk memperoleh data yang sahih
(Dohrenwend dan Dohrenwend 1965)
PENYAKIT JIWA DAN PERUBAHAN
Apabila bukti tidak cukup
baik mengenai perbandingan frekuensi dari berbagai jenis penyakit jiwa yang
berbeda-beda kompleksitasnya, maka para ahli antropologi dan psikiater sepakat
bahwa bukti itu baik, sejauh yang berkenaan dengan konsekuensi dari perubahan
sosial budaya yang cepat. Perubahan yang demikian itu menghasilkan angka
rata-rata yang tinggi tentang terjadinya insiden penyakit.
GANGGUAN-GANGGUAN BUDAYA KHUSUS
Dalam bidang penyakit jiwa,
tidak ada topik lain yang sedemikian menarik bagi ahli-ahli antropologi
daripada yang disebut sebagai penyakit-penyakit budaya khusus (misalnya
sindroma yang diperoleh dari keterangan-keterangan para musafir dan misionaris
periode awal, yang dihubungkan dengan kelompok-kelompok ras dan etnis khusus).
BAB VI
Shaman,
Dukun Sihir, dan Penyembuh-penyembuh Lain
WAWANCARA PENGOBATAN
Wawancara pengobatan yaitu
interaaksi formal yang berlangsung antara seseorang yang menduga atau
mengetahui bahwa dirinya sakit dengan seorang individu yang oleh kebudayaannya
dianggap mampu menolong orang sakit.
Peranan Dokter dan peranan
pasien, seperti halnya peranan-peranan lain, saling melengkapi dan saling
ketergantungan, yang satu membutuhkan yang lainnya. Namun di luar
ketergantungan itu, kedua peranan itu ditandai oleh ciri-ciri yang sangat
berbeda, yang dapat dianalisis dalam rangka empat pasang dimensi dasar :
terbatas-universal, permanen-temporer, atasan-bawahan, sukarela-nonsukarela.
SIFAT UNIVERSAL DALAM PERANAN PENYEMBUHAN
Dipandang dari perspektif lintas-budaya, para
Dokter menunjukkan ciri-ciri yang sama dalam hal :
1.
Spesialisasi
Dalam masyarakat Barat,
spesialisasi medis telah semakin menjadi aturan : pengobatan penyakit dalam,
bedah, kardiologi, neurologi, optomeri, pediatri – daftarnya semakin bertambah
setiap tahun. Bukan saja ada spesialisasi dalam pengobatan yang mapan, tetapi
ada pula bentuk-bentuk alternatif seperti spiritualisme, pengobatan kebatinan
dan pengobatan-pengobatan rakyat etnisa seperti yang telah dideskripsikan pada
Bab IV.
2.
Seleksi
dan Pendidikan
Setelah melewati suatu masa
pendidikan yang lama dan menerima sertifikat akhir bahwa ia telah menguasai
tiap bagian dari profesinya itu, dokter baru itu dianggap mampu untuk merawat
pasien.
Para ahli ramuan dan dukun
melalui perhatian dan observasi, mereka membangun reputasi mereka sebagai
penyembuh rumah bagi penyakit-penyakit umum dan penyakit anak-anak serta diare,
pilek, reumatik, dsb.
3.
Pemberian
Sertifikat
Kini dalam masyarakat Barat,
para dokter yang berpendidikan ilmiah harus memperoleh sertifikat sebelum bisa
berpraktek.
4.
Citra
Profesional
Dalam semua masyarakat,
penyembuh mempunyai perasaan yang kuat terhadap citra profesionalnya, tentang
peranan mereka, dan tentang tempat mereka di dalam masyarakat.
5.
Harapan
akan Pembayaran
Kepercayaan amat luas
tersebar dikalangan orang Amerika (khususnya dikalangan mereka yang cenderung
memilih sistem-sistem pengobatan alternatif daripada pengobatan kedokteran yang
mapan) bahwa penyembuh-penyembuh non-Barat sedikit sekali berminat terhadap
uang.
6.
Kepercayaan
terhadap Kekuatan
Sebagian besar dari para
penyembuh percaya akan kekuatan mereka sendiri. Faktor kejujuran shaman
seringkali dipertanyakan oleh kritikus Barat, karena sulapan-sulapan tangan dan
bentuk-bantuk lain dari sulapan – suatu tambahan penting dalam seni mereka –
dipandang oleh masyarakat Barat sebagai tindakan yang nonprofesional apabila
dilakukan oleh para dokter.
7.
Sikap
Publik
Masih ada lagi persamaan antara
shaman-shaman yang kuat dan dukun sihir dengan dokter-dokter dalam masyarakat
Barat ; mereka sering dilihat melalui perasaan mendua oleh klien mereka. Dalam
semua masyarakat, kita berpaling pada penyembuh pada waktu kita membutuhkannya
; mereka adalah harapan kita yang
terakhir
PENGOBATAN UMUM DAN PRIBADI
Sejauh ini telah ditekankan
unsur-unsur umum yang dianggap menjadi ciri-ciri penyembuh dan praktek-praktek
pengobatan masyarakat Barat dan msyarakat-asyarakat tradisional. Namun terdapat
perbedaan yang penting, dan yang paling menyolok adalah suasana spesial di mana
pasen dirawat. Di Barat, pengobatan sehari-hari dilakukan secara pribadi.
PERANAN PERILAKU DALAM WAWANCARA PENGOBATAN
King telah menangkap esensi
dari hubungan dokter-dokter dalam wawancara pengobatan, dengan menunjukkan
bahwa pasien yang diperiksa dokter bukanlah makhluk pasif, bukan pula perantara
(host) yang tak bertenaga, di mana mikroorganisme tumbuh bukan pula mesin yang
bagian-bagiannya gagal berfungsi atau telah aus. Namun, pasien adalah makhluk
yang aktif, dengan siapa dan untuk siapa pasien bekerja mengatasi penyakit.
KOMUNIKASI
Komunikasi verbal yang lancar
tidak senantiasa penting bagi uksesnya suatu pengobatan. Hal yang sangat tidak
disukai para Ibu mengenai perawatan yang diberikan kepada anak-anak mereka
adalah tingkah laku para dokter yang efisien, tidak akrab dan kelihatan tidak
acuh.
BAB VII
Sistem-sistem
Medis Non-Barat : Berbagai Kekuatan dan Kelemahan
MASALAH
Dalam bab ini kita kembali
kepada suatu pertanyaan yang sering menggelitik para ahli antropologi,
psikiater, dan dokter-dokter medis serta awam lainnya. Seberapa jauh suatu
dasar bagi terapi yang efektif diberikan oleh teori-teori penyebab penyakit
non-Barat, dan seberapa baik pengobatan-pengobatan tersebut berhasil dalam
meringankan rasa sakit, mengurangi tingkah laku abnormal, membantu seorang
pasien selama dia sakit, dan mengembalikan kesehatan fisik dan mentalnya?
Pendapat-pendapat berbeda besar ; tergantung dari penulisnya, jangkauan dari
evaluasi-evaluasi yang meliputi keseluruhan dari penipuan hingga
pengobatan-pengobatan yang aman, efektif, proto-ilmiah, rasional, dan
berdasarkan pengobatan uji coba.
KESULITAN DALAM TOLAK-UKUR
Kegunaan suatu sistem medis
tidaklah mudah dievaluasi; tidak ada satuan-satuan universal yang disepakati
yang harus diukur, dan prasangka-prasangka serta harapan-harapan pribadi dari
mereka yang mengevaluasi dapat sangat berbeda.
Kita cenderung untuk menilai
sistem medis kita dalam kerangka patologi yang cukup sempit ; kita menyebut
tentang umur panjang yang diidamkan, angka-angka moralitas dan morbiditas serta
peningkatan angka-angka pasien yang selamat dari kanker dan bedah jantung,
dalam mengukur kemajuan.
Apabila dinilai dari kriteria
utama, yang merupakan tujuan dari yang tersebut di atas – kepuasan konsumen –
sistem kita ternyata kurang mengesankan. Dokter-dokter medis tidak lagi
merupakan penasehat keluarga yang dicintai seperti yang mereka bayangkan paling
sedikit pada satu generasi terdahulu.
ASPEK POSITIF DARI BERBAGAI PENGOBATAN
NON-BARAT
Kekuatan-kekuatandari sistem
medis non-Barat secara tepat dimasukkan di bawah kategori pengobatan pendukung
psikososial dan dalam kategori tindakan-tindakan pengobatan klinis, terutama
farmakopea pribumi. Pengobatan non-Barat terbukti efektif pada kategori yang
disebut pertama, dan bukan pada kategori yang disebutkan terakhir.
ASPEK NEGATIF DARI BERBAGAI PENGOBATAN
NON-BARAT
Sejarah menunjukkan bahwa
penyembuh yang sibuk yang jarang mempunyai waktu untuk melakukan penelitian
sistematis, dan banyak oarang selama tiga abad belakangan ini, yang kini kita
kagumi atas penemuan mereka, boleh dikatakan mencuri waktu praktek mereka untuk
melakukan penelitian. Bukan hanya sulit mencari waktu untuk melakukan
penelitian, namun para peneliti tersebut juga seringkali mendapat kritik dari
orang-orang awam dan sesama profesi mereka, karena menelantarkan para pasien
mereka (Shryock 1969 : 47). Berdasarkan atas alasan itu, kami yakin bahwa
adalah keliru untuk membandingkan penelitian oleh ahli ramuan yang buta huruf
dengan penelitian oleh ilmu kedokteran kontemporer.
PENGOBATAN-PENGOBATAN NON-BARAT : BERBAGAI
CONTOH DAN BAHAYA
Beberapa pengamat mengajukan
argumentasi bahwa obat-obatan non-Barat, jika tidak sepenuhnya efektif, paling
sedikit tidak membahayakan, dan apabila memenuhi kebutuhan psikologis,
pengguanaannya seharusnya didukung. Namun terdapat cukup banyak contoh mengenai
praktek-praktekyang membahayakan yang menunjukkan bahwa filsafat itu tak dapat
dipertahankan.
BEBERAPA KEKURANGAN DALAM PENGOBATAN
KONTEMPORER AMERIKA
Dalam era praantibiotik,
sikap memeriksa pasien yang baik sering merupakan senjata yang paling ampuh
yang menjadi milik dokter. Kini sebaliknya, ekspresi itu hampir hilang dari
kamus kedokteran. Telah disebutkan, bahwa pengobatan kontemporer telah membuat
kemajuan besar dalam ilmu pengobatan, namun dengan melakukan hal itu, telah
hilang seni pengobatannya.
Kekeliruan atau penyalahgunaan
obat-obat keras oleh penyembuh tradisional juga terdapat dalam wilayah
pengobatan Barat kontemporer.
Sungguh ironis bahwa kemajuan
ilmiah, sebagai suatu hasil dari sejumlah besar penemuan yang impresif, telah
mendatangkan berbagai masalah medis yang timbul hanya berkat jasa
kemajuan-kemajuan tersebut, tanpa terkecuali menurut Burnet dan White, kita
gagal mengharapkan sesuatu implikasi yang lebih lama atas tindakan itu, dan
reperkusinya seringkali menyedihkan.
BAB VIII
Tingkahlaku
Sakit
PENGANTAR
Dalam empat bab yang
terdahulu, telah diuraikan berbagai tema, khususnya tentang pengobatan dan
kesehatan, namun tidak seeksklusif seperti yang dilukiskan dalam
tulisan-tulisan etnografi mengenai dunia non-Barat.
Dalam bab ini dan tiga bab
berikutnya, penulis mengalihkan fokus utama dari dunia non-Barat kepada Amerika
Serikat. Bukanlah menjadi tujuan kami untuk berputar 180o. Dalam
sesi ini, penulis menganggap perlu ada data dari berbagai tulisan etnografi
apabila hal itu dapat memberikan kejelasan tentang pola-pola yang memberikan
ciri pada dunia masa kini.
TINGKAHLAKU SAKIT, PERANAN SAKIT DAN PERANAN
PASIEN
Para ahli sosiologi kesehatan
telah menciptakan istilah tingkahlaku
sakit untuk menjelaskan tindakan-tindakan yang berurutan tersebut, dan
telah mengembangkan model-model – peranan sakit dan peranan pasien – untuk
membantu mereka dalam penganalisisan.
Tingkahlaku sakit, yakni
istilah yang paling umum, didefinisikan sebagai “cara-cara dimana gejala-gejala
ditanggapi, dievaluasi dan diperankan oleh seorang individu yang mengalami
sakit, kurang nyaman atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik”
(Mechanic dan Volkhart 1961:52)
Tingkahlaku sakit , peranan
sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas
sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Perbedaan budaya dalam tingkahlaku
sakit barangkali lebih menonjol daripada perbedaan ekonomi.
PERANAN SOSIAL PENYAKIT
Haruslah diingat bahwa
kesehatan yang baik bersaing sebagai suatu prioritas di antara semua prioritas
nonkesehatan lainnya, sehingga tingkahlaku sehat individual bisa dimengerti
hanya dalam konteks yang lebih luas, yakni tujuan hidup. Berbeda halnya dengan
prioritas-prioritas pribadi, penyakit sering memiliki fungsi-fungsi adaftif
yang positif.
Bila kebanyakan orang “peran
sakit sebagai pelepasan sementara” merupakan bentuk tingkah laku adaptif yang
wajar, bagi beberapa orang lain, peranan pasien justru aktif dicari, dan dapat
merupakan cara hidup yang memuaskan. Penyakit dapat memenuhi peranan sosial ,
seperti contoh-contoh di bawah ini
1.
Penyakit
merupakan pelepasan dari tekanan yang tak tertahankan
Paling sedikit, tanpa
disadari, curandera dan para anggota komunitas Amerika-Meksiko mengakui bahwa “apabila
seseorang dinyatakan sakit, maka kegagalannya untuk melakukan fungsi-fingsi
normalnya ‘bukanlah kesalahannya’ dan ia pun diberikan hak pembebasan dan
perawatan” (Parons dan Fox 1952:32-33). Karena itu, berhadapan dengan
tekanan-tekanan sosial yang berat, penyakit memberikan suatu penyelesaian yang
sangat menarik karena peranan sakit merupakan “sarana pengunduran diri yang
ssetengah resmi – yang membebaskan aktor sosial dari tanggung jawab orang
dewasa dan menyebabkan ia membiarkan dirinya dirawat oleh orang lain” (Ibid,
34)
2.
Penyakit
membantu untuk menanggung kegagalan pribadi
“Penyakit merupakan salah
satu cara untuk mengatasi kegagalan dalam masyarakat Baat. Menjadi sakit
berarti suatu ketidakmampuan untuk memenuhi tugas-tugasnya dan suatu cara
menghindar dari tanggung jawab yang diterima. Karena merasakan kegagalan, orang
dapat membenarkan kegagalannya, pada dirinya sendiri atau pada kelompok
acuannya yang penting, melalui ketidakmampuannya untuk bertindak sebagai akibat
dari penyakitnya” (Shuval et al., 1973;260)
3.
Sakit
dapat digunakan untuk memperoleh perhatian
Konvensi-konvensi budaya
menekankan bahwa orang sakit harus menerima perhatian khusus,
pertanyaan-pertanyaan yang ramah dan sopan, yang penuh harapan tentang apa yang
dirasakan pasien, makanan khusus, botol pemanas, bantal yang dirapikan, dan
punggung yang digosok.
4.
Masuk
rumah sakit dapat dianggap liburan
Seringkali, bahkan mungkin
mengherankan kalau dibandingkan dengan sikap yang sering ditunjukkan orang
terhadap rumah sakit, para wanita dalam masyarakat tradisional, pada waktu
pertama kali diperkenalkan pada perawatan kesehatan Ibu dan anak, termasuk
klinik bersalin dan rumah sakit, dengan senang hati menerima perawatamn rumah
sakit, meskipun hal itu mungkin melanggar praktek-praktek kelahiran secara
tradisional dan pantangan, alasannya, istirahat sambil tidur-tiduran selama
4 atau 5 hari dengan makanan yang baik,
kebebasan dari mengusrus rumah tangga, dipandang sebagai suatu kesantaian atau
liburan.
5.
Penyakit
dapat digunakan sebagai alat kontrol sosial
Penyakit juga dapat digunakan
sebagai sarana pengontrol untuk memperoleh hadiah langka yang diingankan. Bila
perumahan yang baik, pekerjaan yang diharapkan keuntungan-keuntungan dari
kesejahteraan sodsial dan hal-hal lain serupa tersedia dalam jumlah sedikit,
maka harus diciptakan mekanisme untuk menentukan dasar bagi alokasinya.
6.
Penyakit
dapat dijadikan alat untuk emnghapus perasaan berdosa
Bagi orang-orang yang sadar
maupun tidak sadar berpandangan seperti ini, penyakit memberikan seseorang
kesempatan untuk bertobat atas kesalahannya.
EVALUASI DARI PEMANFAATAN PENYAKIT KHUSUS
Para ilmuwan tentang perilaku
yang mempelajari tingkahlaku sakit, peranan sakit serta peranan pasien harus
menyadari bukan hanya faktor sosial suku bangsa atau budaya, melainkan jasa
harus ingat bahwa walau tak disadari, para pasien mungkin menggunakan kondisi
mereka sebagai sarana manipulasi, bahwa penyakit itu mempunyai nilai, baik yang
positif maupun negatif. Dengan catatan tersebut dalam ingatan, kita dapat
lkembali pada penelitian yang lebih mendetail tentang konsep peranan sakit dan
peilaku sakit.
MODEL PARSONS TENTANG PERANAN SAKIT
Penyakit, kata Parsons,
adalah suatu bentuk tingkah laku menyimpang yang memberikan jalan, yang bersanksi
sosial dan dilembagakan, untuk membebaskan diri dari tuntutan-tuntutan dan
stres dalam kehidupan sehari-hari. Sesudah mendapat pengesahan akan haknya
untuk menjalankan peran sakit, si pasien memiliki dua hak poko (harapan)
1.
Pembebasan
dari tanggung jawab peranan sosialnya yang biasa
2.
Perawatan
hingga sembuh. Ia tidak diharapkan, baik dengan tindakan atau keinginan, untuk
bangkit tanpa mendapat bantuan. Selain itu, ia tidak pula bertanggung jawab
atas kondisinya.
Pasien
juga memiliki dua kewajiban (tanggung jawab)
1.
Mengakui
bahwa peranan sakit itu tidak menyenangkan dan merasa berkewajiban untuk
menjadi sembuh secepat mungkin
2.
Mencari
bantuan teknis yang kompeten (misalnya Dokter) dan bekerja sama dengan pihak
yang membantu dalam penyembuhan (Parsons 1951 : 428-479)
Model Parsons terbukti juga
ada kekurangannya sehubugnan dengan penyakit mwental. Walaupun masalahnya hanya
sedikit saja didiskusikan oleh para ahli sosiologi, penulis merasakan bahwa
model Parsons itu terlalu sederhana dalam pandangannya, bahwa pasien dilihat
tidak bertanggung jawab terhadap kondisinya.
TAHAPAN SAKIT
Baik
ahli-ahli antropologi maupun ahli-ahli sosiologi memandang perjalanan penyakit
sebagai sesuatu yang secara analitik ditentukan oleh tahap-tahap yang dapat
dibedakan.
1.
Tahap pengalaman gejala-gejala (“keputusan bahwa ada yang tidak beres”)
Langkah pertama dalam drama
pengobatan muncul tatkala perasaan kurang sehat, rasa sakit, perubahan
penampilan atau rasa lemah membuat seseorang merasa bahwa ada yang tidak beres
dengan keadaan fisiologisnya. Setelah diketahui gejala-gejala itu harus
diinterpretasikan, dan maknyanya dicari.
2. Asumsi dari keadaan peranan sakit (“keputusan bahwa seseorang sakit dan
membutuhkan perawatan profesional”)
Apabila si penderita
menginterpretasikan gejala-gejala tahap pertama sebagai gejala yang menunjukkan
penyakit, ia memasuki tahap kedua dimana ia akan minta nasehat dan perawatan.
Para ahli antropologi
cenderung untuk melihat tahap kedua pada penduduk yang mereka pelajari sebagai
suatu tahap dimana ditekankan penamaan penyakit.
3. Tahap ontak perawatan medis (“keputusan untuk mencari perawatan medis
profesional”)
Pada tahap ini, orang yang
menduga bahwa dirinya sakit sudah berada dalam jalur menjadi pasien. Ia mencari
dua hal : penegasan dari yang berwenang terhadap pengesahan sementara dari
peranan sakitnya, yang telah diberikan sebelumnya oleh konsultan-konsultan
awamnya dan, apabila konfirmasi yang demikian itu akan diberikan, maka ia
mengharapkan diagnosis medikal dan usulan pengobatan yang dapat
menyembuhkannya.
4. Tahap peranan ketergantungan pasien (“keputusan untuk mengalihkan pengawasan
kepada dokter dan menerima serta mengikuti pengobatan yang ditetapkan”)
Dalam ketiga tahap pertama,
sifat-sifat dari penyakit hanya mempunyai sedikit pengaruh terhadap apa yang
harus dilakukan. Namun pada tahap keempat, hal itu menjadi masalah yang amat
penting. Seorang pasien yang secara wajar dapat diharapkan bisa sembuh akan
ditangani dan bereaksi dengan cara-cara yang
berbeda dari pasien yang menderita suatu penyakit kronis, dimana
kemungkinan untuk sembuh tidak memungkinkan.
5. Kesembuhan atau keadaan rehabilitasi (“keputusan untuk mengakhiri paranan
pasien”)
Sehubungan dengan
alsan-alasan yang telah dikemukakan, penerapan tahap kelima bagi
penyakit-penyakit kronis sangat terbatas. Rahabilitasi mungkin dapat membantu para
korban kecelakaan dan kelumpuhan untuk dapat menyesuaikan diri secara lebih
baik dengan kehidupan daripada bila tidak melakukan sesuatu, daripada ukuran
tertentu, peranan pasien dapat ditinggalkan.
BAB IX
Rumah
Sakit : Pandangan dari Ilmu Perilaku
BEBERAPA KONTRAS ANTARA BARAT DAN NON-BARAT
Berbeda dengan dunia
tradisional, dalam dunia Barat kontemporer, sejumlah besar penyakit ditangani
di rumah-rumah sakit dimana pasien berada di bawah perawatan (dan pengawasan)
Dokter, dibantu oleh perawat-perawat dan personal pembantu lainnya.
Untuk mengetahui proses
pengobatan dalam masyarakat-masyarakat yang kompleks, kita harus memperhatikan
peranan-peranan dan pranata-pranata yang apabila ada sedikit berkembang dalam
masyarakat-masyarakat yang lebih sederrhana.
PERUBAHAN PERANAN RUMAH SAKIT
Rumah
sakit, seperti yang telah diutarakan, telah menjadi pusat-pusat perawatan
kesehatan pertama di Amerika Serikat. Pasien-pasien secara rutin memanfaatkan
bagian perawatan untuk pasien berobat jalan, yang dimasa lalu mereka terima di
rumah atau di ruang praktek dokter. Laboratorium, radiologi, terapi fisik dan
bermacam-macam pelayanan laion dimanfaatkan secara luas bagi perawatan dan
diagnosis pasien berobat jalan, juga pemenuhan kebutuhan pasien yang dirawat. Rumah
sakit bukan sesuatu yang ditakutkan, paling sedikit, tidak seperti yang dialami
dimasa lalu.
Hal ini tidak selamanya
demikian. Dalam sebagian besar sejarah, rumah sakit telah berfungsi sebagai
pranata untuk amal, sebagai suatu penampungan dan sebagai tujuan akhir bgi
orang miskin yang sakit gawat.
RUMAH SAKIT SEBAGAI MASYARAKAT KECIL
Ada
bebagai tipe rumah sakit. Suatu kalsifikasi yang umum membandingkan rumah sakit
komuniti sukarela atau komuniti keagamaan yang tidak mencari keuntungan, dengan
rumah sakit swasta yang merupakan milik individuindividu dan berorientasi pada
keuntungan , serta dengan rumah sakit umum yang sering berorientasi pada amal.
Rumah
sakit, sebagaimana dengan masyarakat kecil, dapat dipandang memiliki
kebudayaan. Namun kebudayaan rumah sakit yang umum atau kebudayaan keseluruhan
adalah sulit untuk dicirikan, sedangkan unit-unit studi umumnya lebih mengenai
subkebudayaan.
Karena
adanya kontinuitas dari interaksi diantara para warga kebudayaan pasien di
rumah sakit jiwa, maka kebudayaan pasien di rumah sakit jiwa lebih
berkembangdibandingkan dengan yang terdapat pada rumah sakit umum.
STRUKTUR DAN FUNGSI DALAM RUMAH SAKITilmuwan
perilaku telah terpaku pada kenyataan baha suatu rumah sakit memiliki sistem
administrasi ganda, dimana sistem otoritas awam, seringkali berada dalam
konflik dengan otoritas profesional yang tertanam pada para dokter (Smith,
1955). Para dokter, personal yang paling tinggi prestasinya berada dalam posisi
yang ganjil sebagai tamu di rumah sakit di mana mereka berpraktek, penghasilan
mereka berasal dari para pasien dan bukan dari rumah sakit itu sendiri.
Hampir tak ditemukan
administrasi rutin yang terdapat di rumah sakit, yang tidak dapat dihapuskan
atau ditentang (bahkan seringkali oleh dokter yang mengajukan dalihnya demi
pengobatan darurat atau oleh siapapun yang bertindak atas nama dokter dan
berdalih demi kepentingan medis yang serupa (Ibid, 59)
GARIS OTORITAS YANG BERTENTANGAN
Garis otoritas yang
bertentangan tidak akan menambah stabilitas organisasi manapun, dan banyak
karyawan rumah sakit tercabik-cabik oleh tuntutan-tuntutan yang berlawanan dari
para dokter dan para administrator. Yang paling peka adalah perawat, yang
sering mendapatkan diri mereka sebagai penengah dari kedua pihak terkenal itu.
MOBILITAS BUNTU DALAM RUMAH SAKIT
Ciri struktural lainnya dari rumah sakit adalah
apa yang disebut mobilitas terhambat. Perawatan pasien dalam sebuah rumah sakit
modern membutuhkan pelayanan dari sejumlah personal yang berbeda, terdiri dari
kelompok profesional, subprofesional dan tenaga bukan ahli.
Pemisahan
peranan sebagian besar merupakan suatu fungsi dari berbagai jenis keahlian
khusus yang diperlukan bagi perawatan pasien, yang masing-masing cenderung
dibuat terbagi-bagi. Sebagaimana yang dikatakan Smith “Keahlian yang
dikembangkan dalam suatu komponen kecil dari rumah sakit, misalnya bagian
sinar-X atau patologi atau rumah tangga maupun administrasi, tidak dapat
dipindahkan begitu saja ke bagian yang lain”. Akibatnya, “Jika timbul masalah
promosi ke bagian lain, orang-orang dari dalam rumah sakit yang berhak
mendapatkannya seringkali tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk
menduduki jabatan yang baru” (Smith 1955:30)
PANDANGAN PASIEN TENTANG MASUK RUMAH SAKIT
Di samping ciriciri
struktural rumah sakit, ilmuwan perilaku juga menaruh perhatian pada apa yang
terjadi setelah pasien masuk rumah sakit. Apa yang mereka temukan adalah proses
yang mirip dengan kejutan budaya (Brink
dan Saunders 1976), suatu pengalaman depresionalisasi
(Coe 1970:313), suatu kehilangan
identitas diri (Brown 1963:19) dan suatu kehilangan kontrol atas tubuh dan lingkungan fisiknya (Coser
1959:173).
Para
peneliti menemukan beberapa kecenderungan dari para pasien masalah untuk kurang
menerima perhatian dari para personal rumah sakit atau diizinkan pulang sedikit
lebih awal dari waktu yang seharusnya. Kadang-kadang mereka dialihkan ke
rumah-rumah perawatan, dan tidak jarang perawatan psikiatri diberikan bagi
kasus-kasus yang memang menyusahkan.
Tindakan
rumah sakit dibuat menjadi demikian ritualnya, sehingga menimbulkna
kekhawatiran yang serius bagi pasien dan keluarganya, di mana hal ini tidak
disadari oleh staf rumah sakit.
SALAH SATU BENTUK ALTERNATIF DARI MASUK RUMAH
SAKIT
Dalam suatu studi terkenal
tentang sebuah rumah sakit pedesaan di Yunani, Friedl membandingkan antara
kamar kecil yang dengan empat tempat tidur yang ia amati, di mana pasien
membawa sprei dan pakaiannya sendiri dan mdi mana mereka selalu ditolong dan
diberi makan oleh anggota-anggota keluarganya, dengan perawatan suportif
seperti yang diberikan pada pasien di rumah mereka sendiri.
MERUBAH PRAKTEK-PRAKTEK AMERIKA
Untunglah bagi para pasien,
bahwa adanya sekelompok rumah sakit kecil Amerika yang maju telah melonggarkan
banyak dari aturan rumah sakit yang kaku, yang telah menjadikan rumah sakit
sebagai tempat berobat yang tidak menarik, mereka sedang bereksperimen dengan
cara beralih secara dramatis dari pola-pola perawatan yang konvensional.
Dalam perubahan dari
kebudayaan rumah sakit Amerik, dalam proses inovasi dan peningkatan perawatan
kesehatan, terdapat banyak hal dimana pandangan-pandangan antropologi harus
disumbangkan demi pemahaman kita terhadap pranata tersebut serta kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para klien.
Beberapa bidang telah dipikirkan di mana
penelitian baru telah dimulai atau di mana hal itu terbukti menguntungkan.
Struktur dan peranan klinik bagi pasien luar misalnya, masih merupakan topik
penelitian yang terabaikan tetapi akan banyak memberi hasil.
BAB X
Profesionalisme
dalam Pengobatan : Dokter
PENDAHULUAN
Walaupun terjadi
tumpang-tindih dalam pokok perhatian dari penelitian oleh ahli antropologi dan
ahli sosiologi, perbedaan itu lebih tampak dalam hal penekanan. Para ahli
antropologi terutama menaruh perhatian pada teknik-teknik pengobatan dari
penyembuh, ciri-ciri kepribadiannya dan peranan mereka sebagai pendamai sosial
maupun sebagai ahli terapi kesehatan, sedangkan para ahli sosiolohgi terutama
menaruh perhatian pada dokter-dokter sebagai contoh dari suatu kategori sosial,
yaitu golongan profesional.
KONSEP PROFESI
Sehubungan dengan struktur
bidang-bidang profesional, hubungaan yang ditandai oleh organisasi kolegial
yang setara, yang berbeda dengan organisasi birokrasi yang hirerarkis (Coe
1970:191). Melalui komuniti yang secara konseptual setaraf inilah, para
profesional mempertahankan kontrol atas bidang mereka. Dalam bidang tersebut
mereka bekerja sama untuk meningkatkan kepentingan bersama mereka,
mempertahankan monopoli atas pengetahuan mereka, melindungi diri mereka
terhadap serangan dari pihak lain, menetapkan syarat-syarat untuk masuk ke
dalam profesi itu, dan tidak selalu dengan semangat yang penuh, juga mengawasi
keahlian dan etika anggota-anggota kelompok mereka.
Suatu profesi dapat juga
dilihat sebagai “status istimewa dalam pembagian kerja, yang didukung oleh
kepercayaan pihak resmi dan kadang-kadang juga oleh kepercayaan masyarakat,
bahwa status itu memang pantas” (Friedson 1972:187)
PENDIDIKAN KEDOKTERAN
Memasuki suatu profesi dan
tentunya ke dalam bidang kedokteran dicapai oleh seorang calon melalui
pendidikan panjang sebagai seorang anggota dari suatu kelas orang-orang yang
sama, di mana ia (di bawah pengarahan para profesional yang berkeahlian, yang
melayani dalam kapasitas sebagai pendidik dan dengan proses belajar yang
bersamaan) menerima pengetahuan teknik yang penting bagi peranan maupun nilai,
perasaan akan identitas, norma-norma tingkah laku yang ccocok bagi peranan itu,
dan sebagainya. Menurut Coe, hal yang amat penting adalah belajar untuk bekerja
sama dengan rekan seprofesi.
1.
Pendaftaran
Mahasiswa kedokteran umumnya
memiliki IQ tinggi, mereka cenderung berasal dari strata ekonomi atas dari
masyarakat Amerika, dan merupakan suatu proposi yang tinggi dari anak-anak yang
para orang tuanya merupakan lulusan sekolah tinggi dalam bidang bisnis dan
profesi kedokteran.
Bagian terbesar dari para
mahasiswa kedokteran berasal dari golongan profesional (dan latar belakang
sosial-ekonomi yang tinggi lainnya), karena mereka memiliki “mekanisme
pendorong dan pemeliharaan ambisi kedokteran” yang jauh lebih besar daripada
kelompok lain (Ibid, 32). Sebaliknya, keluarga dari tingkat sosial ekonomi yang
rendah mungkin bisa merangsang keinginan itu, namun kurang memiliki sarana dan
pengertian untuk terus menghidupkan dan memperkuat ambisi itu melalui tingkah
laku yang mendukung.
2.
Kebudayaan
Mahasiswa
Konsep subkebudayaan sangat
membantu untuk memahami masyarakat-masyarakat yang kompleks, seperti yang
dilakukan oleh para antropologi, adalah logis untuk melihat para mahasiswa
maupun guru besar mereka sebagai anggota dari kebudayaan-kebudayaan yang
berbeda. Inilah pendekatan uang dilakukan oleh Becker dan koleganya, yang
mendefinisikan suatu kebudayaan mahasiswa sebagai “sekumpulan pengertian kolektif
di antara para mahasiswa mengenai masalah-masalah yang berkenaan dengan peranan
mereka sebagai mahasiswa” (Becker et al, 1961:46)
Kebudayaan mahasiswa,
sebagaimana kebudayaan lain, muncul kaerena sekumpulan orang hidup bersama
dalam lingkungan yang sama, menghadapi masalah yang sama, melakukan aktifitas
yang sama, dan hidup dalam kondisi stres yang sama pula. Kebudayaan mahasiswa
sdapat dipandang sebagai sarana untuk mengatasi, yang mengajarkan, menuntun dan
mengarahkan para mahasiswa kedokteran dari kebingungan dan dari bahaya tak
tulus dalam pendidikan kedokteran, dan juga membantu mereka untuk membuat
keputusan-keputusan serta mengambil tindakan-tindakan yang memaksimalkan
kemungkinan untuk berhasil dalam menyelesaikan pendidikan mereka.
3.
Perhatian
yang Lepas dan Hilangnya Idealisme
Sebagian besar dari para
mahasiswa kedokteran baru melihat diri mereka sebagai orang-orang yang idealis,
mereka lebih menaruh perhatian pada “membantu orang” daripada mencari uang.
Namun setelah mereka semakin maju dalam pendidikan kedokteran, mereka merasa
bahwa harus menghindari keterlibatan emosi yang berlebihan dengan pasien.
Kenyataan yang keras mengenai kematian, mengenai cacat kronis dan cacat tubuh
menyulitkan bahkan tidak memungkinkan bagi dokter untuk secara rutin
berhubungan dekat dengan para pasien. Dimulai dengan perjumpaan mereka yang
pertama kali dengan tubuh orang mati dalam kuliah-kuliah anatomi tingkat
pertama, yang kadang-kadang sengaja ditunjukkan secara brutal oleh dosen-dosen,
para mahasiswa telah belajar mengenai apa yang disebut “perhatian lepas” (Fox
1959)
Para penulis menyimpulkan
bahwa “sementara para mahasiswa (dari sudut pandang awam) dapat menunjukkan
wajah yang sinis selama 4 tahun di fakultas kedokteran, mereka juga memperoleh
pikiran-pikiran khusus mengenai bagaimana caranya melaksanakan idealisme yang
mendasari masuknya mereka ke fakultas kedokteran, dan merencanakan untuk
melaksanakan idealismenya tersebut ketika mereka menjadi dokter yang
berpraktek” (Ibid, 173. Lihat juga Becker dan Geer 1958)
4.
Spesialisasi
Karier Kedokteran
Dua tipe yang dipandang
mempengaruhi keputusan-keputusan, telah digunakan dalam studi : ciri-ciri
pribadi mahasiswa yang memilih spesialisasi yang berbeda dan persepsi mahasiswa
menegnai daya tarik berbagai spesialisasi, selain itu juga kepribadian
dokter-dokter dalam spesialisasi-spesialisasi tersebut.
Para mahasiswa yang memilih
spesialisasi bedah atau penyakit dalam menampakkan perbedaan satu sama lain
dalam dua hal penting : kebanyakan telah pernah bekerja dalam lingkungan
kedokteran dan hampir tiga perempat di antaranya mempunyai kontak pribadi
dengan seorang dokter yang telah mempengaruhi citra mereka terhadap kedokteran
dan pemilihan karier (Ibid).
KESIMPULAN
Untuk mengakhiri bab ini, dapatlah dibedakan
dua pokok. Pertama, jelas bahwa ahli-ahli antropologi kesehatan hanya sedikit
sekali berhubungan dengan studi mengenai pendidikan kedokteran di Amerika
Serikat. Namun ayng menarik adalah bahwa metode-metode penelitian antropologi
terbukti sangat cocok untuk jenis penelitian ini.
Kedua, yang juga harus jelas
adalah bahwa sebagian dari studi klasik sosiologi mengenai pendidikan
kedokteran dilakukan sejak pertengahan tahun 1950an hingga pertengahan tahun
1960an (Fox 1974:198). Namun antara pertengahan tahun 1960an sampai sekarang
perubahan dramatis telah dilakukan dalam pendidikan kedokteran, khususnya, kini
pendidikan tersebut telah lebih longgar dalam menginkoporasikan “jalan” ganda,
memberikan lebih banyak pilihan dan waktu senggang, dan pada umumnya lebih
memperhatikan aspek-aspek sosial dari praktek kedokteran.
BAB XI
Profesionalisme
dalam Pengobatan : Perawatan
REVOLUSI DALAM PERAWATAN
Para perawat kini lebih
berpendidikan dibandingkan dengan rekan mereka satu generasi lalu. Mereka lebih
menaruh perhattian terhadap peranan-peranan profesional mereka, dan berusaha
sekuat tenaga mencari kebebasan yang lebih besar dalam memberikan perawatan
kesehatan serta mencapai pengakuan dan status yang bukan berasal dari
peranan-peranan tradisional mereka. Perubahan itu sebagian merupakan
konsekuensi wajar dari pendidikan yang lebih baik, dari pengalihan beberapa
tugas tradisional dokter kepada perawat, dan keinginan untuk mencapai karier
yang lebih tinggi.
PENDIDIKAN PERAWAT
Untuk memahami masalah-masalah
profesional dan ilmu perilaku yang telah diidentifikasikan dalam pendidikan
perawat, sungguh penting untuk memahami berbagai macam lingkungan di mana
pendidikan perawat itu diadakan. Selama ini, lembaga pendidikan tertua
didasarkan pada rumah sakit, dengan program pemdidikan selam 3 tahun (program
Diploma). Disusul oleh universitas besar yang mendirikan sekolah-sekolah
perawat, kursus yang berlangsung selama
4 tahun, yang disebut dengan program collegiate atau baccalaureate dan menuju
ke gelar Bachelor of Science dalam perawatan. Berlainan dengan diploma, program
universitas ini menekankan dasar ilmiah bagi perawatan, termasuk ilmu perilaku
dan ilmu fisik.
Tipe ketiga dari pewndidikan
perawat yang dikenal sebagai associate degree program, diberikan dalam pendidikan
2 tahun pada community college (tingkat akademi). Program yang relatif baru ini
dimulai pada tahun 1952 dan hanya sedikit saja penelitian dalam ilmu perilaku
yang telah dilakukan atas program tersebut, dibandingkan dengan penelitian atas
dua tipe pendidikan yang lain. Namun kini justru tipe program inilah yang
terbanyak, seperti yang nampak dalam angka perbandingan berikut (Knopf 1975:1)
Tahun
|
Diploma
|
Associate
|
Baccalaureate
|
1955
|
963
|
19
|
156
|
1965
|
821
|
177
|
198
|
“Terbaru”
|
461
|
598
|
313
|
Dengan kata lain, selama 20
tahun program diploma telah berkurang menjadi separuh, sedangkan program
baccalaureate meningkat dua kali lipat. Program associate degree bertambah
dalam jumlah yang sangat menakjubkan, yakni 3000o/c!
PENGALAMAN PENDIDIKAN
Kebudayaan siswa yang mencolok ditemukan di
sekolah perawat di San Fransisco tersebut dan seperti juga yang terdapat di
fakultas kedokteran, peranannya bersifat adaptif, yaitu untuk memberikan
strategi yang membuat para siswa dapat mengatasi tantangan-tantangan dalam pendidikan
mereka dan memberikan norma-norma tingkah laku yang diperhitungkan untuk
memperkuat posisi dari keseluruhan kelas.
Semenjak tahun pertama studi
mereka, mayoritas siswa menentukan bidang-bidang penting yang dapoat
dimanipulasi, yang berarti memahami, bilamana saatnya untuk meminta asehat dari
seorang dosen, kapan saatnya untuk memahami dan mendiskusikan perasaan siswa
mengenai pasien dengan sang instruktur, dan untuk dapat menyampaikan bahan baru
yang menarik tentang pasien kepada instruktur itu.
Sebagaimana dalam
kebudayaan-kebudayaan mahasiswa yang lainnya, terdapat banyak tekanan pada
seseorang untuk menyatukan diri dan mempertahankan solidaritas dengan
rekan-rekannya.
DILEMA PERAWATAN
1.
Peranan
Perawat : ideal dan kenyataan
Citra tradisional awam mengenai
peranan perawat adalah seperti yang dilakukan oleh bidadari penolong yang
merapikan tempat tidur dan menepuk bantal, yang menempelkan tangannya yang
sejuk dan memberikan keyakinan di atas dahi orang yang demam, dan yang melalui
sikap kemampuan profesionalnya menenangkan pasien serta meningkatkan proses
penyembuhan.
Barangkali para perawat telah
memenuhi peranan tersebut dimasa lalu. Namun dalam konteks rumah sakit modern,
yang mempekerjakan tiga perlima dari seluruh perawat, masa tersebut telah lewat.
2.
Hubungan
perawat-dokter
Dokter yang mempunyai
kepercayaan terhadap perawatnya merasa bahwa ia mempunyai kawan yang penting
dalam mendorong kesembuhan pasien. “tanpa memandang beberapa kekecualian
individual, hubungan antara dokter dan perawat nampaknya dan bersahabat” (Brown
1966:178)
3.
Dorongan
ke arah profesionalisasi
Diabad yang lalu, para perawat menganggap diri mereka sebagai
profesional dan mereka pun dianggap
demikian oleh masyarakat awam. Namun, dibandingkan dengan kelompok kerja lain yang
biasanya dianggap profesional, mereka menamppakkan perbedaan yang mencolok
dalam pendidikan, pengetahuan spesialisasi yang berbeda, otonomi dan
keterkaitan pada karier.
KELANJUTAN PERANAN PERAWAT
Ada banyak hal, diantaranya
gerakan hak-hak wanita yang mendorong perkembangan peranan-peranan perawat yang
baru dan meluas, yang ditandai oleh semakin bertambahnya otonomi dan tanggung
jawab profesional.
“Sekali perawat diakui
sebagai tokoh yang penting di unit koroner, dokter akan semakin berpaling
kepadanya dalam berbagai hal yang menyangkut detail teknik dari unit tersebut,
dan pada keahlian serta pengetahuannya, juga berkolaborasi dengannya demi
kepentingan pasien. Kolaborasi baru dan saling ketergantungan antara
pengiobbatan dan perawatan telah menambah pengalihan tugas oleh perawat yang
bertanggung jawab untuk bertindak pada saat ketidakhadiran, sehingga sulitlah
untuk menentukan, pada saat mana fungsi dokter berhenti dan fungsi perawat
dimulai.” (Berwin 1975:86)
Perawat yang bekerja sebagai
asisten dokter biasanya memperoleh pendidikan tambahan dua tahun lagi setelah
pendidikan dasar mereka, dan mereka melakukan tugas-tugas yang lebih khusus
yang setaraf. Namun peranan tersebut masih mempertahankan hubungan tradisional
dokter-perawat yang bersifat hubungan antara atasan-bawahan, yang makin banyak
dirasakan perawat sebagai sesuatu yang tidak enak.
Singkatnya, profesi perawat
sedang berubah dalam kecepatan yang tak ada bandingannya dalam sejarah. Setelah
periode konsentrasi yang lama terhadap pekerjaan mereka di rumah sakit,
kecenderungan ini terhenti. Di masa depan akan lebih banyak lagi pelayanan
perawatan yang akan diberikan di luar lembaga. Para perawat yang tetap tinggal
di rumah sakit akan medmbutuhkan keterampilan-keterampilan perawat pasien yang
akan terspesialisasi, sehingga masalah prestise dan status tidak akan
tergantung pada peranan administratif semata-mata. Perawat kesehatan pada
berbagai situasi yang berpindah-pindah akan menyerap sejuimlah besar perawat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar