BAB I
PANDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak sekali komplikasi pada Ibu
dan janin selama masa kehamilan muda. Beberapa komplikasi tersebut antara lain
abortus, kehamilan mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik. Komplikasi-komplikasi
yang terjadi pada masa kehamilan tersebut sangat membahayakan baik bagi Ibu
maupun janin jika tidak segera ditangani.
Dengan angka kematian Ibu yang
tinggi di Indonesia, masih perlu dipelajari dan didalami lagi
komplikasi-komplikasi pada masa kehamilan yang juga salah satu penyebabnya.
Kemahiran-kemahiran para bidan juga dituntut untuk menyelamatkan Ibu-Ibu yang
mempunyai komplikasi-komplikasi berbahaya yang akan kita bahas pada makalah
ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah itu
abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik?
2.
Bagaimana seseorang
bisa di diagnosis abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik?
3.
Bagaimana cara
penanganan abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui apa
itu abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik
2.
Mengetahui cara
menentukan seseorang diagnosis abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik
3.
Mengetahui cara
penanganan abortus , mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik
D.
Manfaat
Penulisan
1. Bagi Pembaca
Dengan
adanya makalah ini pembaca bisa mendapatkan informasi tentang komplikasi
kehamilan terutama pada perdarahan pervaginam.
2. Bagi Penulis
Dengan
adanya makalah ini, penulis mampu menambah wawasan terutama dalam komplikasi
kehamilan muda pada perdarahan pervaginam.
BAB II
PEMBAHASAN
PERDARAHAN
PERVAGINAM
Perdarahan pada kehamilan muda
adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada
masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang
berhubungan dengan kehamilan dapat
berupa: abortus,kehamilan mola, kehamilan ektopik.
Penanganan umum perdarahan pada kehamilan muda :
Ø Lakukan penilaian secara cepat
mengenaii keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah,
pernapasan, dan suhu).
Ø Periksa tanda-tanda syok (pucat,
berkerringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112
kali per menit).
Ø Jika dicurigai terjadi syok, segera
mullai penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan
kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita
karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat
penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
Ø Jika pasien dalam keadaan syok,
pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
Ø Pasang infus dengan jarum infus
besar ((16 G atau lebih), berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat
dengan tetesan cepat (500 cc dalam 2 jam pertama).
Diagnosis perdarahan pada kehamilan muda :
1. Pikirkan kemungkinan kehamilan
ektopik pada wanita dengan anemia, penyakit radang panggul (pelvic inflammatory
disease- PID), gejala abortus atau keluhan nyeri yang tidak biasa.
2. Catatan : Jika dicurigai adanya
kehamilan ektopik, lakukan pemeriksaan bimanual secara hati-hati karena
kehamilan ektopik awal bisa sampai mudah pecah.
3. Pikirkan kemungkinan abortus pada
wanita usia reproduktif yang mengalami terlambat haid (lebih 1 bulan sejak haid
terakhir) dan mempunyai 1 atau lebih tanda berikut : perdarahan, kaku perut,
pengeluaran sebagian produk konsepsi, serviks yang berdilatasi atau uterus yang
lebih kecil dari seharusnya.
4. Jika abortus merupakan kemungkinan
diagnosis, kenali dan segera tangani komplikasi yang ada.
A. ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran
hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan.
1. Abortus Imminens (threatened)
·
Dicurigai
bila terdapat keluarnya darah dari vagina, atau perdarahan pervaginam pada
trimester pertama kehamilan.
·
Dapat
atau tanpa disertai rasa ules ringan, sama dengan pada waktu menstruuasi atau
nyeri pinggang bawah.
·
Pemeriksaan
vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya pembukaan serviks.
Penanganan
abortus imminens :
·
Tidak
perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
·
Jangan
melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
·
Jika
perdarahan :
Berhenti : lakukan asuhan antenatal
seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.
Terus berlangsung :
nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan
adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan uterus
yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau
mola. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik
(misalnya salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat
mencegah abortus.
·
Tidak
perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya salbutamol
atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah abortus.
2. Abortus Insipiens (inevitable)
·
Suatu
abortus yang mengancam, ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka.
·
Ditandai
nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat.
·
Pada
pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi kantong serviks dengan bagian
kantong konsepsi yang menonjol.
Penanganan
abortus insipiens :
a. Jika usia kehamilan kurang 16
minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
Berikan
ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu). Segera
lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
b. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu
:
· Tunggu ekspulsi spontan hasil
konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
· Jika perlu, lakukan infus 20 unit
oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer
laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
c. Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan.
3. Abortus Inkomplet (incomplete)
·
Pengeluaran
sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
yang tertinggal di dalam uterus.
·
Pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari kavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Penanganan
abortus inkomplit :
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak
dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau
dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau
misoprostol 400 mcg peroral.
b. Jika perdarahan banyak atau terus
berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi
dengan :
·
Aspirasi
vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret
tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
·
Jika
evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu)
c. Jika kehamilan lebih 16 minggu :
·
Berikan
infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer
laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil
konsepsi.
·
Jika
perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
·
Evaluasi
sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d. Pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus Komplet (complete)
·
Semua
hasil konsepsi sudah keluar
·
Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus
sudah banyak mengecil
·
Uji
kehamilan menjadi negatif
Penanganan
abortus komplit :
·
Tidak
perlu evaluasi lagi.
·
Observasi
untuk melihat adanya perdarahan banyak.
·
Pastikan
untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
·
Apabila
terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2
minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
·
Konseling
asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut
5. Missed Abortion
·
Embrio
atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan
tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 8 minggu
atau lebih
·
Biasanya
didahului tanda abortus iminens yang kemudian menghilang secara spontan atau
setelah pengobatan.
6. Abortus Habitualis (Habitual
Abortion)
·
Abortus
spontan yang terjadi berturut-turut 3 kali atau lebih
·
pada
umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir
sebelum 28 minggu
Ø Pemantauan Pasca Abortus
Insidens abortus
spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan. Syarat-syarat
memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak
diinginkan :
a.
Tidak terdapat komplikasi berat yang
membutuhkan penanganan lebih lanjut.
b.
Ibu menerima konseling dan bantuan
secukupnya dalam memilih metode kontrasepsi yang paling sesuai.
Ø
Metode
kontrasepsi pasca abortus :
a.
Kondom
o
Waktu aplikasinya segera.
o
Efektivitasnya tergantung dari tingkat
kedisiplinan klien.
o
Dapat mencegah penyakit menular
seksual.
b.
Pil kontrasepsi
o
Waktu aplikasinya segera.
o
Cukup efektif tetapi perlu ketaatan
klien untuk minum pil secara teratur.
c.
Suntikan
o
Waktu aplikasinya segera.
o
Konseling untuk pilihan hormon
tunggal atau kombinasi.
d.
Implan
o
Waktu aplikasinya segera.
o
Jika pasangan tersebut mempunyai 1
anak atau lebih dan ingin kontrasepsi jangka panjang.
e.
Alat kontrasepsi dalam rahim
o
Waktu aplikasinya segera dan setelah
kondisi pasien pulih kembali.
o
Tunda insersi jika hemoglobin kurang
7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai adanya infeksi.
f.
Tubektomi
o
Waktu aplikasinya segera.
o
Untuk pasangan yang ingin
menghentikan fertilitas.
o
Jika dicurigai adanya infeksi, tunda
prosedur sampai keadaan jelas.
o
Jika hemoglobin kurang 7 gram/dl,
tunda sampai anemia telah diperbaiki.
o
Sediakan metode alternatif (seperti
kondom).
Beberapa wanita mungkin membutuhkan :
a. Jika klien pernah diimunisasi,
berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml atau jika dinding vagina atau kanalis
servikalis tampak luka terkontaminasi.
b. Jika riwayat imunisasi tidak jelas,
berikan serum anti tetanus 1500 unit intramuskuler diikuti dengan tetanus
toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
c. Penatalaksanaan untuk penyakit
menular seksual.
d. Penapisan kanker serviks.
B. KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA
Disebut kehamilan anggur yaitu ada
jonjot korion yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai anggur atau mata ikan. Ini
merupakan bentuk neoplasma trofoblas yang jinak.
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui
secara pasti, namum diduga actor penyebabnya adalah :
·
Faktor
ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
·
Imunoselektif
dari tropoblast
·
Keadaan
sosio-ekonomi yang rendah
·
Paritas
tinggi
·
Kekurangan
protein
·
Infeksi
virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Pasien dengan kehamilan mola akan
memiliki tanda dan gejala sebagai berikut :
o
Terdapat gejala-gejala kehamilan muda
yang lebih nyata dari kehamilan normal, misalnya mual muntah yang berlebihan.
o
Terdapat perdarahan yang sedikit atau
banyak, warna kecokelatan seperti bumbu rujak, tidak teratur.
o
Pembesaran uterus tidak sesuai dengan
usia kehamialn.
o
Keluar jaringan mola (seperti anggur)
yang merupakan diagnosis pasti, namun jaringan mola ini tidak selalu ditemukan.
o
Muka dan terkadang badan kelihatan
lebih pucat atau kekuningan, yang disebut muka mola (mola face)
o
Jika gelembung mola sampai keluar, maka
tanda ini akan kelihatan lebih jelas.
o
Uterus membesar tetapi tidak sesuai
dengan usia kehamilan yang seharusnya.
o
Tidak teraba bagian-bagian ballotement
janin dan gerakan janin
o
Tidak terdengar DJJ
o
Terdengar bising dan bunyi khas
o
Pada test kehamilan ditemukan kadar HCG
yang tinggi
o
Rahim lebih besar
o
Konsistensi lebih lembek
o
Tidak ada bagian-bagian janin
o
Terdapat perdarahan
o
Teraba jaringan dikanalis dan vagina.
o
Pada foto rontgen abdomen tidak
terlihat adanya kerangka janin (pada usia kehamilan lebih dari tiga bulan)
o
Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya
gambaran badai salju (gambaran khas pada kehamilan mola) dan tidak terlihat
adanya janin
Pengelolaan mola hidatidosa sebaiknya
dilakukan di rumah sakit, adapun langkah-langkah pengelolaannya adalah :
·
Pengelolaan
syok jika terjadi syok
·
Transfusi
darah jika kadar Hb < 8 gr %
·
Kuretase
sebaiknya dengan vakum kuretase, kemudian dilanjutkan dengan sendok kuret yang
tumpul setelah terjadi pengecilan uterus dan harus dilindungi dengan oksitosin
10 iu dalam 500 ml Dextose 5 % apabila sondase uterus > 12 cm.
·
Pasca
kuretase diberikan ergometrin tablet 3x1 tablet/hari
·
Adanya
penyulit pre-eklamsi dikelola sesuai dengan konsultasi internis
·
Pengamatan
lanjut dilakukan intuk kemungkinan keganasan pasca mola hidatidosa, selama 1-2
tahun dengan jadwal sbb :
Ø 1 x 1 minggu pertama selama 1 bulan
(4x)
Ø 1 x 2 minggu selama 2 bulan (4x)
Ø 1 x 1 bulan selama 4 bulan (4x)
Ø 1 x 3 bulan selama 1 tahun (4x). Dilakukan sampai 2x pemeriksaan
berturut-turut negative.
·
Agar
tidak mengacaukan pengamatan, pasien dianjurkan menggunakan kontrasepsi kondom
dan tidak hamil selama pengawasan.
C. KEHAMILAN EKTOPIK
Kehamilan ektopik adalah kehamilan
dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus. Tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadi
implintasi kehamilan ektopik (>90%). Situasi ini
membahayakan nyawa karena dapat menyebabkan pecahnya tuba falopi jika kehamilan
berkembang. Perawatannya harus dilakukan dengan cara operasi atau melalui
obat-obatan. Namun, aborsi medis tidak dapat mengobati kehamilan diluar rahim.
·
Tanda dan Gejala
Pada minggu-minggu awal, kehamilan
ektopik memiliki tanda-tanda seperti kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat
haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan perabaan keras pada payudara.
o Tanda-tanda
yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah:
Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat
terasa tajam awalnya kemudian perlahan-lahan menyebar ke seluruh perut. Nyeri
bertambah hebat bila bergerak
o Perdarahan
vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak seperti menstruasi). Apabila
seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas, maka dikatakan
bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu. Apabila anda
merasa hamil dan mengalami gejala-gejala seperti ini maka segera temui dokter
anda. Hal ini sangat penting karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa
apabila ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di dalam.
·
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang, sedangkan untuk
mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
o Pemeriksaan
panggul untuk mengkonfirmasi ukuran rahim dalam masa kehamilan dan merasakan
perut yang keras
o Pemeriksaan
darah untuk mengecek hormon ß-hCG. Pemeriksaan ini diulangi 2 hari kemudian.
Pada kehamilan muda, level hormon ini meningkat sebanyak 2 kali setiap 2 hari.
Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik
o Pemeriksaan
ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari rahim
seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan
seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain
·
Tatalaksana
Karena
kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran
kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat
dilakukan melalui:
a.
Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak
dini. Obat yang digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker)
b.
Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa
minggu, operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan
lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi
laparaskopi
·
Penyebab
Ada berbagai macam faktor yang dapat
menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik
dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik
adalah:
a.
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka
kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak
30% setelah kehamilan ektopik kedua.
b.
Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesterone
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih
menggunakan kontrasepsi spiral (3 – 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron
juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat mengganggu
pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim
c.
Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran
tersebut sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba diantaranya
adalah:
o Merokok
Kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh.
Kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan kekebalan tubuh.
o Penyakit
Radang Panggul
Menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan
sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia,
gonorea.
o Endometriosis
Dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba.
Dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba.
o Tindakan
medis
Seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul,
pengobatan infertilitas seperti bayi tabung –> menyebabkan parut pada rahim
dan saluran tuba.
·
Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan
risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman
seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti
berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular
seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang
panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran tuba yang akan
meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik. Kita tidak dapat menghindari
100% risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat mengurangi komplikasi yang
mengancam nyawa dengan deteksi dini dan tatalaksana secepat mungkin. Jika kita
memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka kerjasama antara dokter dan
ibu sebaiknya ditingkatkan untuk mencegah komplikasi kehamilan ektopik.
·
Kemungkinan kehamilan di masa
depan
Adalah suatu kewajaran untuk
khawatir menganai masalah kesuburan setelah mengalami kehamilan ektopik.
Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan berarti tidak dapat mengalami
kehamilan normal namun berarti seseorang memiliki kemungkinan untuk mengalami
kehamilan ektopik lagi di masa depan. Apabila saluran tuba ruptur (pecah)
akibat kehamilan ektopik dan diangkat melalui operasi, seorang wanita akan
tetap menghasilkan ovum (sel telur) melalui saluran tuba sebelahnya namun
kemungkinan hamil berkurang sebesar 50 %. Apabila salah satu saluran tuba
terganggu (contoh karena perlekatan) maka terdapat kemungkinan saluran tuba
yang di sebelahnya mengalami gangguan juga. Hal ini dapat menurunkan angka
kehamilan berikutnya dan meningkatkan angka kehamilan ektopik selanjutnya. Pada
kasus yang berkaitan dengan pemakaian spiral, tidak ada peningkatan risiko
kehamilan ektopik apabila spiral diangkat.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
v Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervaginam pada
kehamilan kurang dari 22 minggu.
v Abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan.
v
Abortus
ada beberapa macam, antara lain Abortus Imminens (threatened), Abortus
Insipiens (inevitable), Abortus
Inkomplet (incomplete), Abortus
Komplet (complete), Missed Abortion, Abortus Habitualis (Habitual Abortion)
v
Kehamilan
mola hidatidosa disebut
kehamilan anggur yaitu ada jonjot korion yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai
anggur atau mata ikan.
v
Kehamilan ektopik adalah kehamilan
dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus. Tuba falopii merupakan tempat
tersering untuk terjadi implintasi kehamilan ektopik (>90%).
B. KRITIK DAN SARAN
Pepatah pun mengatakan tak ada gading yang
tak retak, maka penulis sangat mengharapkan sekali kritik dan saran dari para
pembaca, karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan penuh dengan
kekurangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar